• Termakan Emosi

    Pagi ini aku termakan emosi! Terhenyak dari sebuah ketentraman pagi hari ketika dalam hitungan seperempat jam bis tak kunjung datang membawaku ke lokasi kegiatan. Padahal jam semakin mendekati waktu kesepakatan bersama untuk berkumpul mempersiapkan segala keperluan. Mobil biru bernama Taksi Vetri terparkir di sebrang jalan. Menggoda iman untuk memilihnya jadi penyelamat disaat genting. Tapi ingat rupiah yang harus dikeluarkan, aku urungkan niat. Bismillah…semoga bis segera datang dan aku bisa sampai lokasi secepatnya. Ternyata tak juga datang. Emosi pertama : menggerutu. Lalu, sedikit menyesali takdir “Tidak diizinkan bawa kendaraan di usia segini”.


    Setelah rada lama menggerutu, bis Kopata datang. Penuh, mungkin karena hari Ahad kebanyakan bis dirental untuk acara njagong sehingga jumlah bis yang beroperasional jadi kurang dan juga membuat jam jeda antar kendaraan menjadi sangat lama. Dapat tempat duduk di belakang sopir. Sopirnya merokok! Emosi kedua : pasang muka bĂȘte dan sering-sering tutup hidung! Eh ternyata pak sopir gak nyadar juga. Kenapa tidak menegur langsung? Malas cari perkara! Emosi ketiga : su’udzon sama pak sopir yang mukanya emang preman.
    Pak sopir ngebut. Salip kanan kiri. Beberapa traffic light di terobos. Kecuali traffic light yang ada pos polisinya. Menguntungkan sih bagiku yang buru-buru. Tapi, emosi keempat : bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Bahwa mungkin saja kendaraan yang tadi berpapasan dengan Kopata ini terganggu dengan ngawurnya Pak sopir sedangkan aku menikmati kecepatan tinggi dan aksi terobos traffic light yang memotong waktu perjalanan hingga 15 menit.

    Sampai di SMA N 3 Yogyakarta. Lokasi Training sesi II Bulan Menulis #2. Jam menunjukkan pukul 07.20 sangat terlambat dari waktu yang telah disepakati untuk berkumpul. Dan ternyata, percaya atau tidak, belum ada satupun panitia lain yang hadir! Ruangan masih terkunci. Seketika muncul emosi kelima : pengen marah sama semua panitia! Well, ternyata kami molor berjama’ah. Gak tanggung-tanggung molornya. Setengah jam! Parahnya lagi, yang bikin muncul emosi keenam : pengen nangis, adalah karena trainernya bahkan sudah hadir lebih dulu dari panitianya!! Bisa bayangkan rasanya? Kayak ketiban durian runtuh meskipun aku tau itu hanya istilah.

    Seiring kesepakatan bulat untuk pasang muka semrawut di depan panitia lain biar pada nyadar, aku ditampar sesuatu! Sesuatu itu adalah senyum sabar dan nrimo-nya si trainer. Serasa ada batu besar yang lepas dari pikiran. Plong! Padahal aku sudah berpikir yang tidak-tidak ketika memergoki trainer datang lebih dulu dari panitia lain. Ternyata, “ya tidak apa-apa, saya menunggu di mushola saja.” Alhamdulillah J

    Mood berangsur membaik ketika satu dua panitia akhirnya datang dan membantu semua persiapan. Ahh…meskipun sempat mengeluarkan kalimat yang pasti kurang enak didengar karena masih tersisanya emosi kelima dan keenam, tapi so far mereka memahami. Memang sih, berteman dengan orang baik dan penyabar itu kena cipratannya. Perubahan wajah mereka menjadi alarm bagiku, tandanya aku sudah melewati batas.

    Lalu aku ingat materi yang kusampaikan dalam forum mentoring di SMA N 5 Yogyakarta tiga pekan lalu, tentang hawa nafsu. Jangan Marah! Itu salah satu pesan yang kusampaikan pada adik-adik. Pesan Rasulullah saw, jika kita hendak marah *atau melampiaskan emosi buruk* pada orang lain, ingatlah dua hal. Pertama, ingat kebaikan orang lain tersebut kepada kita dan lupakan kebaikan kita kepadanya. Kedua, ingat keburukan yang pernah kita lakukan padanya dan lupakan keburukan yang pernah dia lakukan kepada kita. Insya Allah hati menjadi lebih tenang. Juga sebuah hadist qudsi yang menyatakan, barang siapa yang marah, maka aku akan marah kepadanya di hari akhir kelak. Uwow!!! Dahsyatnya bahaya marah! Wah…padahal tadi pagi sempat marah sih. Berarti sekarang saatnya muhasabah dan minta ampun sama Allah! Ampun ya Allah atas semua emosi buruk hari ini…. pliiiiiisssssss

    ”… Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami…” (Ali Imraan 147)
    “Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Al Fath 14)

0 komentar:

Posting Komentar