• Feature yang Tertunda

    Mengubah yang Abstrak menjadi Menyenangkan

     “Lahir” dari Guru yang Kreatif
    Ada sebuah istilah yang berbunyi “like father like son” atau “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Istilah itu tepat untuk menggambarkan Sapto Nugroho, S.Pd, M. Pd guru matematika SMA N 5 Yogyakarta. “Lahir” rasa cinta pada matematika ketika berada dalam didikan guru matematikanya saat duduk di bangku SMP N 9 Yogyakarta. Pak Giyarto, guru kreatif yang pertama kali mengubah hidupnya dengan mengajarkan permainan angka yang menarik sebelum memulai kelas matematika. Metode yang sederhana. Hanya dengan memberikan permainan sebelum memulai kelas ternyata membuat siswa merasa matematika menyenangkan. Sejak saat itu Pak Sapto, panggian akrabnya sehari-hari, memutuskan untuk serius belajar matematika dan kelak akan menjadi guru matematika kreatif seperti Pak Giyarto.
    Ketika Pak Sapto memasuki bangku kuliah di Jurusan Pendidikan Matematika Sanata Dharma, beliau bertemu dengan Profesor Wirasto. Dosen senior yang sangat kreatif. Mengajarkan banyak metode permainan angka dan cerita matematika. Profesor inilah yang mengilhami pak Sapto untuk kemudian menerapkan metode pembelajaran matematika dengan permainan angka dan cerita matematika.
    Kini, Jadi Guru Idola Para Siswa
    Pembawaannya sederhana. Tidak ada yang berbeda dengan guru-guru lain pada umumnya. Mengenakan kemeja batik dan celana kain biasa. Bersepatu hitam dan menjinjing buku-buku pelajaran. Selalu bersemangat ketika memasuki kelas. Membuka salam dan dengan seketika siswa menunggu-nunggu permainan apa yang akan dibawakan kali itu.
    Pak Sapto pandai mengatur emosi dan semangat belajar para siswa. Untuk kelas yang mendapatkan jam pelajaran matematika siang hari atau pada waktu-waktu siswa mengatuk serta lelah, Pak Sapto akan memperbanyak waktu untuk permainan angka maupun cerita matematika. Tujuannya agar siswa tidak bosan dan mengantuk sejak di awal pelajaran. Pada kelas yang siswanya memiliki kemampuan matematika lebih rendah dibanding kelas lain, Pak Sapto juga menerapkan cara yang sama agar siswa tertantang dan menyenangi matematika sehingga nilainya meningkat.
    Pada jam istirahat, Pak Sapto jarang bisa rehat dengan tenang di ruang guru karena harus melayani siswa yang bertanya soal-soal latihan matematika. Setiap hari pasti ada siswa yang bertanya diluar jam pelajaran, baik di ruang guru, di masjid, di perpustakaan, atau dimana saja mereka menemui Pak Sapto. Tentu hal ini bukanlah beban melainkan sebuah kesenangan tersendiri bagi Pak Sapto karena artinya siswa membutuhkan guru yang bisa membimbingnya. Hal ini membuat pak Sapto sendiri semakin giat belajar matematika.
    Tak berlebihan jika Pak Sapto dinobatkan sebagai guru matematika Idola Para Siswa SMA N 5 Yogyakarta. Dapat disaksikan dari semangat 120 siswa mulai kelas X-XII yang mengikuti pelajaran tambahan matematika di rumah pribadi Pak Sapto. Rumah sederhana di daerah Pleret Banguntapan Bantul itu menyulap ruang tamunya menjadi ruang les. Setiap sore setelah sholat Ashar, siswa akan berkumpul berkelompok untuk diberi tambahan pelajaran oleh pak Sapto. Segelas teh manis dan kudapan ala kadarnya biasanya disediakan istri Pak Sapto untuk menambah semangat belajar. Yang menarik adalah, Pak Sapto tidak pernah secara khusus mencari murid untuk diberi tambahan pelajaran di rumahnya, namun, siswa sendiri yang mendatangi rumah Pak Sapto berkelompok dan minta diberi tambahan pelajaran.
    Harus punya Dua Kunci
                Menjadi guru idola siswa itu bukan prestasi, yang merupakan prestasi adalah ketika guru dibutuhkan siswa dan guru mampu mengatasi kesulitan yang dialami siswa hingga siswa tertantang untuk belajar lagi dan lagi. Begitulah pendapat Pak Sapto ketika ditanyakan mengenai guru berprestasi. Lebih lanjut Pak Sapto mengatakan, ada dua kunci untuk jadi guru yang berprestasi. Pertama, guru harus bisa membangun kedekatan personal dengan siswa sehingga siswa tidak merasa takut yang bisa mempengaruhi semangatnya dalam mengikuti kelas. Kedekatan personal dapat dibangun dengan memberikan permainan menarik sebagai pemanasan di kelas, memberi kesempatan siswa bertanya diluar jam pelajaran dan sebagainya. Hasilnya, siswa merasa bahwa gurunya itu menyenangkan dan pelajarannya itu menarik sehingga pemahamannya terhadap pelajaran dapat lebih maksimal. Kedua, guru harus lebih giat belajar. Menurut Pak Sapto, alasan utamanya untuk melanjutkan pendidikan hingga S2 dan kini sedang menyusun disertasi S3 adalah untuk mengembangkan aplikasi soal hingga taraf soal paling sulit sekalipun. Karena, ketika siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal dan bertanya kepada guru, lalu guru dapat memecahkan kesulitannya, siswa akan merasa bangga dan bertambah kepercayaannya kepada guru. Hal ini sangat positif sebagai bekal pembelajaran selanjutnya.
                Dua kunci yang diterapkan Pak Sapto selama mengajar matematika di SMA N 5 Yogyakarta ini telah menginspirasi banyak siswanya. Setiap angkatan ada saja siswa yang masuk jurusan Pendidikan UNY untuk mengikuti jejak guru matematika kesayangannya. Semoga ada lebih banyak guru matematika kreatif seperti Pak Sapto agar bangsa Indonesia lebih cerdas. 

1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...

    Lho mau wis tak tulis je konenku

Posting Komentar