• Nafs

    "Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al Jaatsiyah 22-23)

    Hawa Nafsu, secara fitrah dilekatkan oleh Allah pada diri setiap manusia. Ia bukan sesuatu yang berada diluar diri manusia, bukan sesuatu yang terlihat. Ia mengalir dalam darah. Ia adalah "jism al latif", bagian tubuh yang halus. Sangat halus. Merasuk dalam diri setiap hamba-NYA. Fitrah. Pasti.

    "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Ali Imran 14)
    Hawa nafsu, mendorong manusia melakukan hal yang dikehendakinya. Nafsu membuat manusia mencintai, menyukai, menggerakkan manusia untuk mengerjakan suatu perbuatan.

    Pertanyaannya, nafsu itu untuk dikuasai atau nafsu itu menguasai?

    "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. " (Shaad 26)

    "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku." (Al Fajr 27-30)

    Dua potongan ayat dari dua surah yang berbeda dalam Al Qur'an tersebut memberi kita gambaran dua hal yang berbeda. 
    Pertama, larangan memperturuti hawa nafsu (artinya nafsu telah menguasai hati) karena dampaknya adalah kemurkaan Allah.
    Kedua, anjuran, ajakan agar memiliki jiwa yang tenang, karena jiwa yang tenang dijanjikan keridhaan Allah dan syurga-NYA. 

    Jiwa yang tenang?
    Hawa nafsu adalah sesuatu yang PASTI dan FITRAH manusia. Sehingga kita tidak bisa sepenuhnya mempersalahkan kehadiran hawa nafsu dalam setiap nafas hidup kita. Namun, tidak bisa juga membenarkannya. Adalah jiwa yang tenang, yang bisa mengendalikan hawa nafsu. Manisnya iman mampu membuatnya mengalahkan manisnya hawa nafsu duniawi. Ia menang. Imannya menang melawan hawa nafsu yang ditungganggi syaithon. Itulah jiwa yang tenang. Yang senantiasa syukur dan sabar. Bersyukur atas nikmat yang telah Allah beri sehingga nafsu serakah duniawi tak mampu melenakannya. Sabar atas segala musibah dan cobaan sehingga nafsu amarah tak bisa membakar hatinya. 

    Yuk, evaluasi diri sendiri. Sudahkah kita menguasai hawa nafsu? Sudahkah kita tergolong hambaNYA yang memiliki jiwa yang tenang? Sudahkah siap kita kehilangan petunjuk dari Allah dan mendapat murkaNYA bila memperturuti hawa nafsu? Sudahkah? 

    Wallahu a'lam

0 komentar:

Posting Komentar