• Oleh-oleh dari Baiturrahman #Proses Munakahat


    Pada kuliah kedua ini, aku datang jauh lebih awal dibandingkan kuliah pertama kemarin senin. Sebelumnya sudah mengkondisikan agar forum halaqah siang harinya dapat berjalan tepat waktu sehingga efektif bagi semua. Alhamdulillah adik-adik juga ada forum TPA selepas ashar sehingga tidak ada yang keberatan barnamij berita aktual dihilangkan. *karena biasanya sesi berita aktual ini yang bikin molor dan melenceng ke pembicaraan banyak hal lainnya  

    Alhamdulillah sampai Baiturrahman lebih awal meskipun ternyata ada beberapa akhwat yang sudah jauh lebih awal. Tampak semuanya sedang khusyuk membaca Qur'an. Subhanallah...semoga Allah memberikan jodoh yang juga cinta Qur'an seperti mereka. *juga untukyang belum datang semoga Allah berikan pendamping yang berjiwa Qur'an.. aamiin :)

    Kelas dimulai. Ngantuk berat karena semalam tidur larut dan tidak melanjutkan tidur selepas sahur. Namun, kalimat pembuka dari Ummi Santi benar-benar ampuh membuatku kembali konsentrasi. Lagi-lagi menekankan bahwa mempersiapkan baiti jannati dimulai dari proses belajar di kelas ini. Subhanallah..Khusnudzon-nya beliau itu patut diteladani. 

    Sore tadi Ummi Santi menyampaikan materi terkait Proses Munakahat.
    Izinkan aku untuk sharing pengetahuan baru yang didapatkan dari sesi kedua ini. 

    Proses Munakahat terdiri dari:
    -        Pemilihan Pasangan yang ideal sesuai syariat
    -        Ikhtiar dan Doa
    -        Ta’aruf dan nadzar
    -        Khitbah

    Memilih Pasangan yang Ideal :

    Pada sesi yang sebelumnya Ummi Santi sudah meminta peserta untuk memejamkan mata dan membayangkang calon pasangan yang diinginkan. *sejujurnya proses memejamkan mata dan membayangkan calon pasangan yang diinginkan itu cukup sulit untuk tidak membayangkan sosok person tertentu. Bahkan boleh sekali apabila hendak menuliskannya secara lengkap, lalu menyampaikan pada Allah lewat bahasa terbaik dalam doa-doa khusyuk. Maka, jika sudah memiliki idealism tentang criteria calon pasangan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah menunggu. Selama proses menunggu inilah kita wajib memantaskan diri dengan criteria calon pasangan yang sudah kita tentukan. Binalah, tarbiyah-lah, ikhtiar-lah memperbaiki diri.

    Ummi Santi sangat khusnudzon bahwa seluruh akhwat yang ada di kuliah pra nikah ini tentulah mengharapkan suami yang sholih. Maka, sudah sewajarnya, akhwat ini juga men-sholih-kan diri sendiri.

    Calon Istri yang sholihah, seperti apa sih?
       

    “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (An Nisaa’ 34)


    [289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
    [290] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
    [291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
    [292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

    Pada ayat diatas, dapat kita temukan definisi dari istri sholihah adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya bepergian.
    Selain itu, istri sholihah juga dapat dilihat dari tanda-tanda berupa terjaga penglihatannya, pendengarannya, kakinya, anggota tubuhnya, dari berbuat maksiat kepada Allah.

    Nah, untuk jadi istri yang sholihah, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain;
    1
    1. Persiapkan agama sebaik-baiknya. Terutama pondasi agama, yaitu aqidah. Aqidah haruslah lurus. Karena aqidah yang lurus akan membuahkan akhlaq yang baik. Ditambah pula dengan pengetahuan agama yang lain. Namun perlu diingat bahwa proses memperbaiki pemahaman terhadap agama, proses belajar agama, tidak boleh putus hanya ketika sudah menikah. Proses belajar ini harus terus dan terus kita usahakan hingga ajal menjemput kita.
    2. Milikilah sifat Al Waduud (penyayang) dan Al Waluud (memiliki keturunan yang banyak) Pada hari kiamat kelak, Rasulullah membanggakan jumlah ummatnya oleh karena itu punya banyak anak lebih baik. *Pada bagian ini aku tambahkan sedikit ulasan Ustadz Awan Abdullah ketika memberikan ceramah di acara Walimatul ‘Urs saudara Weliyan Tanoyo. Ust Awan menyampaikan pesan bahwa mendidik anak itu bukan untuk patuh pada orang tua melainkan mendidik anak agar patuh pada Allah dan Rasul-NYA sehingga anak otomatis patuh pada orang tua. Punya anak banyak dan semuanya patuh pada Allah, betapa indahnya sebuah keluarga J Nah, ditambah lagi dengan ceramahnya Ust Yusuf Mansur di ANTV, supaya anaknya kelak sholih dan sholihah, maka beri makan dari harta yang halal. Karena kalau makannya saja dari rizki haram maka dipastikan anaknya sulit untuk diajak jadi anak sholih sholihah.
    3. Hindari tabaruj, berpakaianlah sesuai syariat. Kecantikan karena mengikuti syariat
    4. Calon istri sholihah haruslah mengerti ilmu rumah tangga. Sholihah saja tidak cukup. Perlu sekali banget untuk calon istri sholihah, mengerti cara memasak dan menjahit, merapikan rumah, mengatur keuangan, dll. *at least aku bisa masak nasi, sop dan oseng-oseng serta goreng menggoreng :D
    5. Apabila menentukan criteria calon pasangan, diutamakan masih perjaka bagi yang masih gadis. Dan dari kerabat yang jauh. Meskipun kerabat dekat bukan mahram, namun kedekatan genetika menyebabkan beberapa kasus anak yang lahir dari pernikahan yang ayah ibunya kerabat dekat, mengalami kecacatan.
     Lalu, untuk para calon istri sholihah, perlu juga untuk mengetahui criteria calon suami sholih sesuai syariat. Kata Ummi Santi, kalau ada ikhwan datang dengan criteria sebagai berikut, kecuali alasan yang benar-benar syar’i, maka tidak ada alasan untuk menolaknya.
    Kriteria Calon Suami sesui syariat :
    1. 1Aqidah yang lurus dan taat sholat jama’ah di masjid
    2. Memiliki loyalitas agama yang tinggi, jika ada saudara muslimnya yang disakiti, dia loyal melakukan pembelaan, minimal terus menerus mendoakan.
    3.  Tidak Tasabuh (tidak mengikuti kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi)
    4. Berakhlaq baik
    5. Dari keturunan yang baik jasmani dan rohaninya
    6. Diutamakan bukan dari keluarga yang dekat
    7.  Diutamakan yang sekufu (se-kafa’ah agamanya, sehingga kalau ada masalah, sama-sama kembali pada Qur’an dan Hadits). Sekufu tidak dalam makna ekonomi atau criteria duniawi lainnya. Karena Allah sudah menjanjikan kecukupan apabila miskin. Seorang laki-laki yang sholih akan selalu berusaha bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya BUKAN keinginan keluarganya. Kebutuhan dan keinginan itu BERBEDA!  
    "dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui". (An Nur 32)

    [1035] Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

     8. Seorang laki-laki sholih akan mencintai dan menerima istrinya apa adanya dengan penuh kesyukuran.
    9.  Laki-laki sholih juga wajib mengetahui ilmu kerumahtanggaan


    Ikhtiar dan Doa
    Ikhtiar mencari pasangan yang sholih, haruslah menghindari cara yang jelas batil. Yaitu pacaran. Ikhtiar lewat ustadz, ustadzah, teman yang tidak kita ragukan kepahamannya untuk urusan munakahat, forum taklim. Carilah suami yang sholih di lingkungan yang sholih pula. Tidak mungkin mendapatkan suami yang sholih dari biro jodoh sembarangan yang ada di Koran-koran.
    Catatan tambahan untuk para akhwat, jika memiliki teman yang masih pacaran, jangan sekali-kali mencela, doakan saja agar Allah beri hidayah.
    Nah, yang ini adalah SENJATA AMPUH. Doa! Mengiringi setiap ikhtiar kita.

    Ta’aruf dan nadzar
    Ta’aruf lewat perantara yang tidak kita ragukan lagi kepahamannya terkait munakahat. Dalam ta’aruf ada proses nadzar (melihat) baik secara sadar maupun tidak. Nadzar ini sangat penting untuk memantabkan hati menuju proses yang lebih lanjut.
    Apabila selama Ta’aruf lewat perantara dan nadzar ditemui kemantaban, maka  kemudian proses ta’aruf dapat berlanjut ke keluarga.
    Ingat, Senjata DOA jangan sampai lepas!

    Khitbah
    Khitbah adalah proses melamar.
    Dapat dilakukan secara langsung * bilang langsung kalau mau melamar
    Atau tidak Langsung lewat Sindiran *kalau yang disindir gak ngerasa gimana ya?!
    Beberapa hal yang harus ditekankan dalam proses khitbah:
    Khitbah BUKAN aqad nikah sehingga TIDAK MENGHALALKAN hubungan laki-laki dan perempuan.
    Setela khitbah tetap harus MENJAGA HUBUNGAN, PANDANGAN.  
    Khitbah diatas khitbah itu haram
    Rahasiakan khitbah! Syiarkan WALIMAH!
    Menyegerakan menikah apabila proses khitbah sudah dilaksanakan.

    Sekian sharing materi Kuliah Pra Nikah pertemuan kedua. Tidak sabar untuk segera berlanjut pada pertemuan berikutnya J

    "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqaan 74)


2 komentar:

  1. dhitahc mengatakan...

    batas nadzhar nya sejauh apa ukh?? lha terus kalo abis nadzhar malah jadi ragu piye?

  2. yulianapuspitasari mengatakan...

    sebatas wajah dan telapan tangan ukh. itu yang paling aman :)

    Kalau setelah itu ragu ya sudah, berarti memang itulah jalan Allah untuk menunjukkan bahwa si fulan/si fulanah belum yang terbaik yang Allah hadirkan untuk kita.
    setelah nadzar pun masih harus tetao istikhoroh supaya ada kemantaban hati :)

    wallahu a'lam

Posting Komentar