• Pernah suatu masa

    Pernah ada suatu masa dalam hidupku, dimana aku begitu jatuh dan jatuh sekali.
    Melakukan sebuah kesalahan yang sama, lagi dan lagi.
    Entah bagaimana bisa demikian, seringkali aku menyadari, bahkan, ya, aku selalu menyadari, itu adalah sebuah kesalahan. Toh kesalahan kecil akan jadi besar jika terus dan terus ditumpuk tumpuk. Tapi, kok ya masih saja aku tumpuk-tumpuk. Kala itu!

    memang ya tugas syaithon untuk menggoda manusia.
    Menjerumuskan.
    Menjerat kita, bagai kita berada dalam pusara tali yang tiada tahu lagi mana ujung mana pangkal.
    Menghisap kita dalam lorong gelap sekali. Tanpa sadar tiba-tiba kita sudah terlempar disebuah tempat yang pengap dan dalam... Sulit untuk keluar.
    Tapi yang dijerat dan dijerumuskan adalah keimanan kita. Lahiriah kita dibawa kepada yang enak-enak. Sehingga lupa diri, lupa kalau dirinya sedang dikerumuni syaithon syaithon yang membisikkan keburukan.

    Aku tahu lho, itu kerjaan syaithon.
    Tapi sepertinya kok mau berlepas tangan.
    Kan aku juga mengiyakan apa yang jadi ajakan syaithon.
    Jadi aku mau bilang, benar sih itu kerjaan syaithon yang menjerumuskan, tapi ada juga sekian persen yang merupakan kesalahan kita pribadi sebagai manusia yang dibekali hawa nafsu.

    lalu bagaimana?
    Ya sudah.
    Aku sudah memaafkan diriku sendiri untuk satu kesalahan dulu itu.
    Berdamai dengan diri sendiri, mencoba mengikhlaskan sepenggal episode itu.
    Aku bilang sih sepenggal episode. Meskipun kadang memalukan dan merendahkan diri jika diceritakan kepada orang lain, tapi, dari sepenggal episode itu aku belajar banyak. Meresapi sebuah hikmah.
    Mohon ampun sama Allah?
    Pasti..
    Tidak mengulangi lagi?
    Insya Allah tidak..
    Masa' mau jatuh di lubang yang sama untuk kedua, ketiga, keempat kalinya? Kelihatan bodohnya kan?!
    Terus?
    Hmm...kadang ada yang tersisa dari sepenggal episode itu. Sesuatu.
    Biarlah Allah menjadi saksi.
    Terkadang, entah ini adalah pembenaran sepihak atau tidak, dalam sesuatu yang buruk, aku menemukan masih ada setitik kebaikan. Setidaknya sebuah celah.
    lalu celah itu yang masih mungkin membawa kepada kebaikan, jika Allah mengizinkan.
    Sudah?
    Sudah.
    Cukup!
    Aku hanya ingin menuliskan ini saja kok.
    Biasanya sih kalau habis membaca kisah yang sedikit mirip dengan celah yang aku harapkan, suasananya jadi kebawa pada sepenggal episode itu.
    Sudah ya, sudah ahh...
    Sekian.





0 komentar:

Posting Komentar