Sudah bukan hal yang asing ketika ada yang bertanya,
“Kok bawa helm? Mana motornya?”
Mungkin tampak aneh bagi sebagian orang, mahasiswi
yang kemana-mana masih naik kendaraan umum (bis dan semacamnya) dengan
menenteng helm. Ketika sebagian besar mahasiswa mahasiswi kesana kemari dengan
kendaraan pribadinya (bisa motor bisa mobil lebih sehat lagi sepeda). Emang
segitu anehnya ya? Menurutku kok ya biasa aja.
Justru, dengan naik kendaraan umum ini, buanyaak
sekali pengalaman yang aku dapatkan.
Dalam curhatan Risalah Perjalanan yang insyaallah
akan ditulis beberapa episode ke depan, aku ingin berbagi kisah dan pengalaman
selama berkendara umum sehari-hari.
Random. Terlalu banyak, sebenarnya jadi bingung juga
mau nulis yang mana dulu. Coba yang ini dulu ya, kisah tentang akhwat
(perempuan) dan kendaraan umum.
Alhamdulillah aku telah mengenal jilbab sejak kecil.
Namun baru ketika masuk SMP aku benar-benar berjilbab jika keluar rumah (dalam
skala yang jauh, ke sekolah atau pergi). Disaat yang bersamaan, Bapak memberiku
kepercayaan uang saku yang lebih untuk ongkos naik bis pulang pergi sekolah.
Wuih seneng banget lho… Soalnya pas SMP buanyaak
temen satu sekolah yang juga naik bis. Jaman itu bis yang terkenal ramah untuk
anak sekolah di daerah Timur (Jl Wonosari-Jl Piyungan-Prambanan) adalah Bis
Pemuda warna kuning jalur 1A. Satu bis isinya anak sekolah semua, apalagi kalau
pagi atau jam pulang sekolah. Berjubel anak sekolah. Ruamee. Ada yang ngobrol,
nyanyi bahkan main gitar. Ada juga yang sempat berdebat dengan teman
sampingnya, masalah di kelas berlanjut sampai di bis (kisah pribadi).
Diantara berjubelnya anak sekolah, tidak jarang ada
teriakan centil dari anak perempuan yang kebetulan (atau sengaja?) berdiri di
deret belakang padahal sudah tahu kalau deret belakang dipenuhi anak laki-laki.
Fenomena yang sering terjadi adalah sok dorong-dorongan atau memanfaatkan
kesempatan ketika sopir mengerem. Anak laki-laki sok sokan jatuh ke depan.
Sontak anak perempuan akan teriak centil (tapi sungguh mengerikan mendengar
teriakan yang sebenarnya tampak ikhlas saja dibegitukan. Tidak bermaksud su’udzon
lho ya). Dan bila dicermati, anak perempuan yang seringkali digoda oleh anak
laki-laki adalah mereka yang belum berhijab. Ya, hijab!
(harus ditegaskan bahwa yang naik di bis tersebut
tidak hanya anak-anak SMPku saja, ada anak-anak SMP, SMA, SMK dari sekolah
lain. Kalau teman-temanku alhamdulillah tidak ada yang centil-centil begitu)
Berlanjut ketika masa SMA. Ketika animo siswa untuk
naik bis sudah banyak berkurang. Bis Pemuda jalur 1A pun akhirnya tidak lagi
beroperasi hingga hari ini. Fenomena teriakan centil karena adegan
dorong-dorongan atau memanfaatkan rem bis telah bergeser pada fenomena anak SMA
yang digodain sama awak bus, pengamen yang suka naik turun bis, atau pedagang
yang menjajakan barang di atas bis. Mulai dari ngobrol biasa sampai cekikikan
bahkan sampai dihafalin sama kru bis maupun pengamen. Biasanya lokasi duduknya
di kursi dekat pintu belakang dimana kernet memposisikan diri. Mereka seperti
bisa dikenali lewat, entah lewat apa, tapi selama naik bis, aku sendiri bahkan
bisa membedakan mana anak-anak yang akan digodain dan mana yang tidak. Dan,
lagi-lagi, yang rentan untuk digodain adalah mereka yang belum berhijab. Ya,
hijab!
Lalu, ketika jaman bergeser ke trans jogja. Ketika kuliah
padat, amanah semakin banyak, jam pulang semakin mundur, bis kota tidak lagi
sesuai kebutuhan, Alhamdulillah ada trans jogja yang beroperasi sampai malam. Teman-teman
tau kan interior trans jogja? Tentu ada kursi untuk penumpang duduk, dan ada
gantungan tangan untuk penumpang yang berdiri.
Nah, fenomena yang kemudian diamati dalam trans
jogja, jelas berbeda dengan dua fenomena sebelumnya. Disini aku menemukan satu
hal yang luar biasa membuat trenyuh. Berkali-kali mendapati, penumpang
perempuan dengan baju terbuka (you can see)
yang melongo ketika harus berdiri karena tempat duduk telah penuh.
Mereka akan canggung memegang handle pegangan untuk menjaga keseimbangan selama
kendaraan melaju. Nah lho, salah siapa pakai you can see padahal mau naik trans
jogja?! Bagi teman-teman yang kebetulan berjumpa dengan penumpang perempuan
seperti itu, lebih baik berikan tempat duduk anda kepadanya. Insyaallah itu
lebih baik daripada ia terus gelantungan dengan ragu dan malu-malu.
Apa hikmah yang dapat dipetik dari 3 fenomena di
atas?
Langsung teringat pada kalimat Bapak ketika
memintaku memakai jilbab begitu masuk SMP, “lebih aman dan nyaman bagi anak perempuan.”
Waktu itu tidak ada dalil Quran maupun Hadits yang
keluar, namun dua kata itu cukup mewakili “aman” dan “nyaman”.
Alhamdulillah, semasa SMP tidak perlu merasakan
fenomena aneh selama berjubel di bis sekalipun (selain karena memang selalu
cari posisi yang aman). Semasa SMA, tidak ada awak bis yang menganggapku mau
diajak kompromi ngobrol cekikikan. Dan, selama menjadi penumpang trans jogja,
mau duduk atau berdiri, hijab nyaman dalam berbagai suasana.
Betapa hanya Islam yang memuliakan kaum perempuan
dengan kewajibannya berhijab. Hijab yang sebenarnya, bukan sekedar penutup
rambut. Karena lebih aman dari pandangan mata yang tidak berhak dan lebih
nyaman melindungi diri dari kejahatan. You wanna try?!
Baik, sampai dipenghujung tulisan. Hikmahnya adalah,
berhijablah ketika kau akan naik bis.
Kalau gak naik bis? Ya tetap berhijab. Karena
perilaku sepele yang termasuk kategori pelecehan rentan didapatkan oleh mereka
yang belum berhijab dengan sempurna. Jika hijabnya sudah baik, artinya kita
sendiri menghormati hijab tersebut, orang disekitar kita pun akan menghormati
kita.
“Hai
Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232]
ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Ahzab : 59)
[1232]
Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka
dan dada.
Well. Jilbab is the best for woman.
eh, tapi Yuris jangan pakai Jilbab ya.. tolong banget jangan ya Yuris :(